By Denada Inka Hetyani
Kemarin
saya dan teman-teman kelas Logistic C mengunjungi MSA (Monang Sianipar Abadi) Kargo
dalam rangka kunjungan ilmiah yang diusulkan oleh dosen saya, Pak Didiet
Hidayat. Saya mengunjungi kantor pusat MSA kargo yang beralamatkan di Block H5,
Soewarna Business Park, Soekarno Hatta Int’l Airport, Cengkareng, Indonesia,
Jakarta.
Di
kantor pusat MSA kargo merupakan TPS (Tempat Penimbunan Sementara), tepatnya di
lini dua. Perbedaan lini dua dan lini satu adalah kalau lini satu adalah tempat
dimana setelah barang turun dari pesawat (misalkan) itu barang mesti diletakan
dahulu baru diantarkan ke tempat lini dua dalam penyimpanan yang lebih lama
sebelum kemudian diambil oleh konsumen.
Saat
kunjungan kemarin, saya bertemu dengan Ibu Maria yang kebetulan alumni STMT
Trisakti juga dan beberapa lagi yang saya lupa namanya. Mereka banyak berbagi
ilmu dengan kami. Kami sangat antusias saat memasuki gudang. Kami terpisah
menjadi beberapa kelompok untuk dijelaskan lebih lanjut di dalam gudang.
Alhamdulillah kelompok kami dapat
narasumber yang sangat pandai dan detail.
Saat
memasuki gudang, kami di beritahu bahwa gudang ini memiliki dua kunci, kunci
yang pertama dipegang oleh pihak MSA Kargo dan yang satu lagi di pegang oleh
pihak Bea Cukai. Tak lama kemudian kebetulan orang berseragam bea cukai lewat.
MSA juga berpengawasan Bea Cukai, maksudnya setiap barang yang masuk atau
keluar mesti ada pencatatan di pihak Bea Cukai juga. Dan setiap jam 16.30,
pintu gudang wajib ditutup dan tidak boleh ada seorang pun yang masuk sampai
esok pagi, kecuali terjadi sesuatu hal. Dan proses penutupannya pun harus
dilakukan oleh pihak MSA Kargo dan Bea Cukai.
Gudang
MSA kargo sangat luas, kapasitas 600
hingga
bisa menampung sampai dengan 900 unit.
Saya melihat gudang itu terbagi dalam beberapa sector : A, B, C, D dan
selanjutnya. Ternyata tujuannya adalah untuk memudahkan mereka mencari letak
barang.

MSA
kargo melayani untuk barang-barang packing (Barang yang sudah terbungkus) yang
terdiri dari barang :
1.
general (umum) seperti garmen, tv, baju, sayur, ikan. Menurut sumber bapak yang mendampingi
kelompok saya saat di gudang, Kalau bentuk ikan atau sayur atau buah itu
biasanya langsung ditangani oleh konsumennya sendiri, ya dari pem-packingan
atau airlinenya sendiri karena mereka tidak ingin ikan atau sayurnya rusak atau
busuk.
2.
Selain general mereka juga melayani DGR (Dangerous Goods Regional) atau barang
berbahaya, misalnya chemistry goods. Dangerous regional teridiri dari 1 sampai
9 kelas. Ternyata barang general tertentu juga bisa jadi barang dangerous kalau
dalam jumlah yang banyak. Kadang kala bungkus barang itu tidak menyertakan
detail dari bahaya dari barang tersebut.
MSA
Kargo sangat total dalam melayani pelanggannya. Mereka menyediakan jasa
tambahan untuk pelanggan mereka, jika di tempat penyedia jasa lain mungkin
alat-alat seperti forklift dapat di pakai dengan menyewa, namun di MSA kargo
dapat di pakai dengan gratis. MSA kargo juga menjalin hubungan vendor (rekanan)
dengan beberapa perusahaan. Misalnya, penyewaan truck mereka gotong royong
dengan beberapa perusahaan sehingga dapat menghemat cost, kemudian ternyata
barang yang disimpan itu tidak hanya milik dari MSA kargo saja, kami tintunjuki
contoh barang milik DHL yang ada digudang MSA kargo.
Selanjutnya,
kita masuk ke proses penyimpanan barang. Untuk penyimpanan harus di saksikan
oleh pihak bea cukai. Berikut berkas-berkas yang dilampirkan oleh customer MSA
kargo: CIF, PIB, NPWP, dan lain-lain, sedangkan yang dilampirkan untuk bea
cukai : surat permohonan PLP, daftar rekapitulasi PLP, tata kerta pengajuan dan
pelaksanaan PLP, dll. Kemudian pihak bea cukai akan memeriksa barangnya apakah
layak di beri lampu hijau atau merah. Maksudnya lampu hijau berarti barang di
perbolehkan masuk gudang dan merah tidak.
Perlu
diketahui bahwa barang yang masuk tidak selalu mendapat lampu hijau.
Misalnya waktu ada kesalah pahaman antar vendor, barang yang sampai di MSA
berjumlah 97 sedangkan menurut data yang di singapur ada 100, berarti yang 3
kemana? Itu bukan merupakan kesalahan MSA kargo karena mereka hanya terima apa
adanya, lalu misal barang rusak dan perlu diselidiki dari mana asalnya rusak,
kalau memang kesalahan dari asalnya mengapa airlines menerima. Atau misalkan
bungkusnya sobek, menurut bapak yang di gudang, “asalkan tidak sampai kelihatan
atau menembus barang maka tidak apa-apa”. Dan apabila barang itu perlu
dipacking lagi, maka MSA kargo bersedia me-repacking. Setiap
barang yang dikirim musti ada asuransinya untuk menjamin hal-hal yang tidak
diinginkan.
Metode
pembayaran penyewaan TPS MSA kargo dapat dilakukan dengan kurir atau kargo :
1. 1. Kurir,
maksudnya adalah melayani ready for carrier goods, maksudnya barang tidak memerlukan
penanganan yang lebih. Misalnya mobil yang sudah jadi. Makin kecil barang maka
makin mahal
2. 2. Kalau
kargo atau forwarder memerlukan penanganan lebih. Makin besar barang makin
mahal.
Ada tips,
jika barang lebih besar dari 45 kg, maka sebaikanya menggunakan kurir, jika
lebih kecil dari 25 kg, maka dapat menggunakan kargo.
Bentuk
pegukuran besar biaya penyewaan barang yaitu bisa dengan berat atau volumenya.
Yang diambil adalah nilai yang lebih besar. Jika nilai beratnya lebih besar
dari pada volumenya maka yang diambil adalah harga dengan nilai per beratnya,
begitu juga kebalikannya jika volumenya lebih besar daripada beratnya maka yang
diambil adalah harga dengan nilai per volumenya, contohnya lukisan.
Tentu
jika penyimpanan makin lama maka biayanya makin mahal. Jika barang dalam kurun
waktu 60 hari tidak diambil-ambil, maka barang tersebut dalam kuasa pemerintah.
Masa tenggang 30 hari kemudian, dalam masa ini pemilik barang masih bisa
melakukan pengambilan barang, tentu dengan persetujuan bea cukai. Dan bila 30
hari kemudian barang tidak diambil juga, maka barang tersebut sudah menjadi
milik negara. Dalam hal ini tidak ada pihak yang diuntungkan, semuanya rugi.
Setelah itu, barang akan dilelang. Jika laku maka akan diserahkan ke pihak yang
berminat. Namun, jika tidak laku, maka barang dibuang.
Ini yang paling penting, ternyata
penyimpanan barang di MSA tidak menggunakan barcode, memang di bungkus barang
tersebut terlihat banyak tempelan barcode, namun itu bukan barcode dari MSA
kargo. Barcode-barcode tersebut berasal dari agen-agen Logistik. Dan kata
pendamping kelompok kami di gudang, nah itu bedanya logistic dengan TPS. Kalau
logistic sangat detail, diibaratkan sehelai rambut pun ditentukan letaknya,
misalkan barang pak irvan menyimpan 5 macam barang, barang–barang tersebut akan
berjauhan letaknya sesuai jenisnya. Namun di TPS, barang pak irvan menjadi satu
paket, tidak perlu pendetailan karena barang hanya sementara.